Jumat, 18 Maret 2011

Pendekatan sistem dalam kegiatan belajar mengajar

PENDEKATAN SYSTEM DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

A. Pendahuluan
Masalah mutu lulusan pendidikan merupakan salah satu masalah dalam usaha pengembangan pendidikan, di samping masalah perluasan kesempatan belajar, efisiensi dan efektifitas serta relevansi lulusan dengan dunia kerja. Dalam usaha memecahkan masalah mutu, telah banyak usaha-usaha yang dilakukan, misalnya perbaikan kurikulum, pengadaan buku dan media pendidikan, serta peningkatan kemampuan tenaga guru dan dosen melalui penataran, pelatihan dan pendidikan. Namun kegiatan-kegiatan tersebut belum dilaksanakan secara terintegrasi dan terpadu satu sama lain, sehingga dirasakan seakan-akan tidak menggunakan pendekatan sistem dalam perancangannya. Begitu pula dalam mengembangkan bahan-bahan acuan perkuliahan dan ajaran kurang memperhatikan konsep-konsep pendekatan sistem atau rancangan pembelajaran.

B. Pengertian Sistem
Dari segi Etimologi, kata sistem sebenarnya berasal dari Bahasa Yunani yaitu “Systema”, yang dalam Bahasa Inggris dikenal dengan “SYSTEM”, yang mempunyai satu pengertian yaitu sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan yang tidak terpisahkan.
Menurut filsuf Stoa, bahwa sistem adalah gabungan dari keseluruhan langit dan bumi yang bekerja bersama-sama, sehingga dapat kita lihat bahwa sistem terdiri dari unsur-unsur yang bekerja sama membentuk suatu keseluruhan dan apabila salah satu unsur tersebut hilang atau tidak berfungsi, maka gabungan keseluruhan tersebut tidak dapat lagi kita sebut suatu sistem. Berikut ini adalah definisi kata Sistem menurut beberapa para ahli.


Buckley
Sistem adalah suatu kebulatan atau totalitas yang berfungsi secara utuh, disebabkan adanya saling ketergantungan diantara bagian-bagiannya. (A whole that functions as a whole by virtue of interdependence of its parts).

H. Kerzner
Sistem adalah sekelompok komponen yang terdiri dari manusia dan/atau bukan manusia (non-human) yang diorganisir dan diatur sedemikian rupa sehingga komponen-komponen tersebut dapat bertindak sebagai satu kesatuan dalam mencapai tujuan, sasaran bersama atau hasil akhir. Pengertian ini, mengandung arti pentingnya aspek pengaturan dan pengorganisasian komponen dari suatu sistem untuk mencapai sasaran bersama, karena bila tidak ada sinkronisasi dan koordinasi yang tepat, maka kegiatan masing-masing komponen, sub-sistem, atau bidang dalam suatu organisasi akan kurang saling mendukung.

B.S. Blanchard (1990)
Engineering System adalah aplikasi yang efektif dari usaha-usaha ilmu pengetahuan dan engineering dalam rangka mewujudkan kebutuhan operasional menjadi suatu sistem konfigurasi tertentu, melalui proses yang saling terkait berupa definisi keperluan analisis fungsional, sintesis, optimasi, desain, tes, dan evaluasi.
Selanjutnya pengertian sistem ini pada kenyataannya juga dipakai untuk menunjukan banyak hal seperti:
Sistem yang digunakan untuk menunjukan suatu kumpulan dan himpunan benda-benda yang disatukan atau dipadukan oleh suatu bentuk saling hubung atau saling ketergantungan yang teratur; sesuatu himpunan bagian-bagian yang tergabungkan secara alamiah maupun oleh budi daya manusia sehingga menjadi suatu kesatuan yang bulat dan terpadu; suatu keseluruhan yang terorganisasikan atau sesuatu yang organik; atau juga yang berfungsi bekerja atau bergerak secara serentak bersama-sama bahkan sering bergeraknya itu mengikuti suatu kontrol tertentu.
Dari uraian di atas pemakaian sistem dapat digolongkan secara garis besar pada dua golongan pemakaian yaitu: Menunjukan pada suatu bentuk fisik, sesuatu wujud benda, abstrak maupun konkrit termasuk juga konsepsi yang dikenal dengan deskriptif. Menunjukan suatu metode atau tata-cara yang dikenal dengan preskriptif

C.  Pendekatan  Sistem Pembelajaran.
Pendekatan sistem pada yang diterapkan dalam pembelajaran bukan saja sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga sesuai dengan perkembangan dalam psikologi belajar sistemik, yang dilandasi oleh prinsip-prinsip psikologi behavioristik dan humanistik, serta kenyataan dalam masyarakat sendiri (Oemar Hamalik, 2003; 125). Sedangkan dalam Pedoman pembelajaran pada kurikulum 1994 bermakna cara menyikapi atau memandang tindak lanjut program pengajaran yang dimuat kurikulum. Di antara pendekatan-pendekatan pembelajaran yang banyak digunakan dalam ilmu pengetahuan sosial antara lain; (a) Pendekatan terpisah; (b) pendekatan integratif (terpadu); (c) pendekatan yang berorientasi pada kemasyarakatan; (d) pendekatan penemuan; (e) pendekatan pemecahan masalah; dan (f) pendekatan keterampilan proses.
Para ahli teori belajar mencoba mengembangkan berbagai cara pendekatan dalam sistem pengajaran atau proses belajar mengajar. Berbagai sistem pengajaran yang menarik perhatian akhir-akhir ini adalah inquiry-discovery approach, expository approach, mastery learning, dan humanistic education. Akan tetapi sistem mengajar team teaching juga tidak kalah pentingnya untuk diterapkan pada kurikulum sekarang ini, khususnya pada pembelajaran ilmu pengetahuan sosial; karena materi pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran terpadu.
Sementara itu, Ramayulis (2002:169) menjabarkan tentang pendekatan yang dapat digunakan dalam pendidikan Islam yaitu Pendekatan pengalaman, Pendekatan pembiasaan, Pendekatan Emosional, Pendekatan rasional, Pendekatan Fungsional, Pendekatan keteladanan dan Pendekatan terpadu.
Banyak ahli yang telah merumuskan pengertian mengajar berdasarkan pandangannya masing-masing. Perumusan dan tinjauan itu masing-masing memiliki kebaikan dan kelemahan yang berlandaskan pada teori tertentu, yaitu:
1.      Mengajar adalah upaya penyampaian pengetahuan pada peserta didik.
2.      Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui  lembaga pendidikan.
Pembelajaran  adalah upaya  mengorganisasikan  lingkungan  untuk    menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusiawi terlibat dalam sistem pengajaran, terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya.
Senada dengan pendapat di atas, Syaiful Sagala mendefiniskan pembelajaran sebagai membelajarkan siswa menggunakan azas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.
Dalam proses pembelajaran diperlukan faktor pendukung lain, yaitu faktor lingkungan dan sejumlah faktor yang memang direncanakan untuk menunjang keberhasilan tercapainya tujuan pendidikan yang dikehendaki, diantaranya kurikulum dan sarana perangkat yang lain. Hal ini terdapat dua kegiatan yang terjadi dalam kesatuan waktu dengan pelaku yang berbeda.
Pelaku belajar adalah siswa, sedangkan pelaku mengajar adalah guru. Kegiatan siswa dan guru berlangsung dalam proses bersamaan untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi dalam proses pembelajaran terjadi hubungan yang inter aktif antara guru dan siswa dalam ikatan tujuan proses pembelajaran.





D. Kesimpulan
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur – unsur manusiawi, pasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mengkombinasikan semua itu maka diperlukan pendekatan – pendekatan yang dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran yang tentunya dengan pendekatan – pendekatan system dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah dijelaskan dimuka. Pendekatan – pendekatan tersebut meliputi inquiry-discovery approach, expository approach, mastery learning, dan humanistic education dan juga team teaching. Disamping pendekatan Pendekatan pengalaman, Pendekatan pembiasaan, Pendekatan Emosional, Pendekatan rasional, Pendekatan Fungsional, Pendekatan keteladanan dan Pendekatan terpadu.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak selakau fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai.
Hal ini menuntut perubahan dalam penggunaan model mengajar, strategi belajar mengajar, pengorganisasian kelas, sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Untuk memenuhi hal tersebut, guru dituntut mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sebagai subjek utama dalam belajar.






DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2002
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar