Apa itu belajar?
Menurut Wolfolk dsan Nicolich, (1984: 161) belajar merupakan perubahan internal seseorang dalam pembentukan sesuatu yang baru atau potensi untuk merespon sesuatu yang baru. Dan Salvin (191 : 98) mengartikan belajar sebagai suatu perubahan yang terjadi pada seseorang yang disebabkan oleh pengalaman.[1]
Walker mengemukakan arti belajar dengan kata – kata yang singkat, yakni “Perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman”.
C.T. Morgan, dalam introduction to Psychology (1961), merumuskan belajar sebagai “Suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu.[2]
Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.[3]
Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi belajar seseorang ?
Secara global, faktor – faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni :
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untukk melakukan kegiatan pembelajaran materi – materi pelajaran.
Faktor internal meliputi aspeks fisiologis seperti kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinyapun kurang atau tidak berbekas. Kondisi organ – organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. Sedangkan aspek psikologis antara lain seperti intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.
Faktor eksternal siswa meliputi Lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Lingkungan sosial seperti para guru, para staf administrasi, dan teman – teman sekelas, masyarakat dan tetangga juga teman – teman sepermainan di sekitar kampung. lingkungan nonsosial meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat – alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
Apa saja pendekatan – pendekatan Belajar?
1. Pendekatan Hukum Jost. Yakni siswa yang lebih sering mempraktikkan materi pelajaran akan lebih mudah memanggil kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni. Maksudnya, mempelajari sebuah materi khususnya yang panjang dan kompleks dengan alokasi waktu 2 jam per hari selama 4 hari akan lebih efektif daripada mempelajari materi tersebut dengan alokasi waktu 4 jam sehari tetapi hanya selama 2 hari.
2. Pendekatan Ballard & Clanchy. Yakni pendekatan belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan (attitude to knowledge). Ada dua macam siswa dalam menyikapi ilmu pengetahuan, yaitu: 1) sikap melestarikan apa yang sudah ada (conserving) dan 2) sikap memperluas (extending)
3. Pendekatan Biggs. Yakni pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan tiga protopie yaitu :
- Pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah). Siswa yang menggunakan pendekatan ini mau belajarnya hanya karena dorongan dari luar (ekstrinsik) antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu. Oleh karena itu, gaya belajarnya santai, asal hafal, dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam.
- Pendekatan deep (mendalam). Siswa yang menggunakan pendekatan belajar ini biasanya mempelajari materi karena memang dia tertarik dan merasa membutuhkannya (intrinsik). Gaya belajarnya serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya. Intinya pendekatan belajar ini siswa tidak hanya sekedar ingin lulus tetapi juga siswa tersebut benar – benar menginginkan pengetahuan itu agar kelak bermanfaat bagi kehidupannya.
- Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi). Siswa yang menggunakan pendekatan achieving ini pada umumnya dilandasi oleh motif ekstrinsik yang berciri khsusus yang disebut ego-enhancement yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi – tingginya. Gaya belajar siswa ini lebih serius daripada siswa – siswa yang memaki pendekatan – pendekatan lainnya. Dia memiliki keterampilan belajar (study skills) dalam arti sangat cerdik dan efisien dalam mengatur waktu, ruang kerja, dan penelaahan isi silabus. Baginya, berkompetisi dengan teman – teman dalam meraih nilai tinggi adalah penting, sehingga ia sangat disiplin, rapi dan sistematis serta berencana untuk terus maju ke depan (plans ahead).
- Pendekatan Independent Learning dan Self-directed Learning
Pendekatan independent learning ialah belajar mandiri dalam arti memeplajari topik/materi tertentu yang tidak diajarkan oleh guru, tetapi harus dikuasai oleh siswa dan penguasaan siswa atas topik tersebut dinilai oleh guru. (Petty, 2004: 342). Pendekatan IL dapat diarahkan (directed) dan dapat pula tidak diarahkan (non directed) oleh guru. Dalam pendekatan IL yang diarahkan, siswa memeplajari topik sesuai dengan petunjuk guru dalam hal caranya, rujukan yang digunakannya, dan hasil yang haarus dicapainya. Sementara itu, dalam IL yang tidak diarahkan siswa hanya diberi topik dan sedikit gambaran mengenai rincian, rujukan, dan hasil yang harus dicapai. Selebihnya, siswa bebas menentukan sendiri cara mempelajari materi dan memperoleh rujukan yang dipandang relevan dengan topik yang menjadi tugasnya itu.
Pendekatan self-directed learning (belajar dengan mengarahkan diri sendiri) merupakan pendekatan humanistik dalam arti memberi kemerdekaan manusiawi sepenuhnya kepada pembelajar sehingga guru benar – benar hanya berperan sebagai fasilitator.
Apa saja metode – metode belajar?
Ragam metode belajar antara lain Metode SQ3R, PQ4R.
Metode SQ3R dikembangkan oleh Francis P. Robinson di Universitas Negeri Ohio Amerika Serikat.
Metode SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan langkah – langkah mempelajari teks yang meliputi :
1. Survey, maksudnya memeriksa atau meneliti atau mengidentifikasi seluruh teks.
2. Question, maksudnya menyusun daftar pertanyaan yang relevan dengan teks.
3. Read, maksudnya membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan – pertanyaan yang telah tersusun.
4. Recite, maksudnya menghafal setiap jawaban yang telah ditemukan
5. Review, maksudnya meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun padda langkah kedua dan ketiga.
Metode PQ4R adalah ciptaan Thomas & Robinson (1972) yang disebut PQ4R disingkat dari Preview, Quetions, Read, Reflect, Recite, Review.[4]
Apa saja ragam – ragam belajar?
1. Ragam abstrak. Yaitu belajar dengan menggunakan cara – cara berfikir abstrak.
2. Ragam keterampilan. Yaitu belajar dengan menggunakan gerakan – gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat – urat syaraf dan otot – otot/neuromuscular.
3. Ragam sosial. Yaitu belajar memahami masalah – masalah dan teknik – teknik untuk memecahkan masalah tersebut.
4. Ragam pemecahan masalah. Yaitu belajar menggunakan metode – metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti.
5. Ragam rasional. Yaitu belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir secara logis dan sistematis (sesuai dengan akal sehat).
6. Ragam kebiasaan. Proses pembentukan kebiasaan – kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan – kebiasaan yang telah ada.
7. Ragam apresiasi. Yaitu belajar mempertimbangkan (judgement) arti penting atau nilai suatu objek.
8. Ragam pengetahuan. Yaitu belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu.
[1] Hidayatullah, Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Thariqi Press, (Jakarta: 2008) hal.3
[2] Alex Sobur, Psikologi Umum Dalam Lintas Sejarah, CV Pustaka Setia, (Bandung: 2003) hal. 219
[3] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, PT Raja Grafindo Persada, (Jakarta: 2009) hal.68
[4] Lihat, Muhibbin Syah, Psikologi Belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar